Followers

Jika Syurga menjadi idaman, jalannya seluas mata memandang..jika keampunan yang didamba, gerbangnya setia menanti…Usah gusar dugaan di hadapan..andai hati nekad mengejar cinta Ilahi..

Tuesday, April 17, 2012

Ketika “Kubaca Firman Persaudaraan”

ketika kubaca firman-Nya, “sungguh tiap mukmin bersaudara”

aku merasa, kadang ukhuwah tak perlu di risaukan

tak perlu, karena ia hanyalah akibat dari iman

aku ingat pertemuan pertama kita

dalam dua detik, dua detik saja

aku telah merasakan perkenalan, bahkan kesepakatan
itulah ruh-ruh kita yang saling sapa, berpeluk mesra
dengan iman yang menyala, mereka telah mufakat
meski lisan belum saling sebut nama, dan tangan belum berjabatya, kubaca lagi firman-Nya, “Sungguh tiap mukmin bersaudara”

aku makin tahu, persaudaraan tak perlu dirisaukan
karena saat ikatan melemah, saat keakraban kita merapuh
saat salam terasa menyakitkan, saat kebersamaan serasa siksaan
saat pemberian bagai bara api, saat kebaikan justru melukai

aku tahu, yang rombeng bukan ukhuwah kita

hanya iman-iman kita yang sedang sakit, atau mengerdil

mungkin dua – duanya, mungkin kau saja
tentulah terlebih sering, imankulah yang compang – camping

kubaca firman persaudaraan

dan aku makin tahu, mengapa di kala lain diancamkan;

‘para kekasih pada hari itu, sebagian menjadi musuh sebagian yang lain…
kecuali orang – orang yang bertaqwa”

(Salim A. Fillah, dalam buku “Dalam Dekapan UKHUWAH”)
Maka dari itu, sebaik-baik ukhuwah itu adalah pertemuan (bukan sms, telfon, dll) dan selemah-lemahnya adalah bait doa pada saudara kita.. Jika yang menautkan ukhuwah ini adalah perasaan kita, maka wajarlah jika segalanya kembali pada perasaan kita ketika ukhuwah itu runtuh. Namun ketika itu adalah iman, adalah ikatan persaudaraan kita sebagai sesama muslim, adalah sebab “aku mencintaimu kerna Allah”, maka kiat menjaganya adalah satu hal penting, jagalah ruhiyah kita:)